Kompetisi di Dunia Blog Bukan Lagi Antar Blogger

Kompetisi atau persaingan adalah sesuatu yang lumrah di dunia. Meski lebih beradab dari binatang, prinsip dasar kehidupan di dunia pada dasarnya masih tetap pada “survival of the fittest” atau dalam bahasa Indonesia, “Yang kuat yang bertahan”.

Tersamar, tetapi fakta dimanapun jika ditelaah tetap ada pada prinsip tersebut. Yang menang yang bertahan dan yang kalah merana.

Begitu juga di dunia blog, kompetisi itu selalu terjadi walaupun tidak terlihat, setidaknya dalam urusan mendapatkan atensi dari masyarakat. Urusan yang terdengar sederhana, namun karena pada akhirnya membuka peluang menghasilkan uang, maka persaingan itu ada.

Ketika blog masih di tahap awal, persaingan itu hanya terjadi antar blogger saja. Mereka saling berusaha untuk membuat orang melirik dirinya dan kemudian menjadi pusat perhatian. Tentu saja tidak secara saling berhadapan a la pertandingan tinju, tetapi lebih seperti lomba lari.

Para blogger berjuang keras untuk menjadi yang paling banyak membuat masyarakat terikat padanya.

Itu dulu.

Namun, di masa sekarang, di tahun 2022 saat tulisan ini dibuat, situasinya sudah berubah jauh. Persaingan antar blogger masih tetap ada, tetapi ada penambahan pihak yang juga ingin menikmati perhatian masyarakat.

Mau tahu siapa saja yang sekarang ikut serta dalam kompetisi ini?

<1> Influencer (Instagramer/Facebooker/Youtuber/Tuips/Tiktoker)

Yang pertama adalah para pengguna media sosial dari berbagai jenis.

Dengan segala kemudahan yang disediakan untuk menampilkan diri, pintu terbuka bagi semua orang untuk bisa menjadi bintang dan mendapatkan perhatian masyarakat.

Berbagai cara mereka usahakan agar semakin banyak mata melirik dan mengikatnya menjadi follower.

Mereka termasuk pesaing berat yang berhasil menggeser blog dan blogger dalam mendapatkan perhatian khalayak.

<2>Internet Marketer

Golongan yang satu ini adalah yang paling mahir menyamar sebagai blogger dan kemudian menanamkan pikiran bahwa blogger adalah internet marketer.

Pemahaman terhadap sifat dasar manusia yang menginginkan uang dan ketenaran, membuat mereka cepat mendapatkan perhatian dari kalangan blogger sendiri.

Kemampuan para marketer dalam berargumen, membujuk, dan merangkai kata mendorong mereka tanpa disadari menjadi panutan dari para blogger. Nama-nama seperti, Neil Patel merupakan salah satu suri tauladan bagi jutaan blogger di dunia.

Bisa dikata mereka adalah game changer dalam dunia blogging dengan keahlian mereka..

Blogging secara tidak disadari berubah menjadi sekedar tentang pemasaran, marketing. Unsur berbagi tenggelam dalam timbunan keinginan mengejar ketenaran dan kesuksesan merupakan kontribusi terbesar dari kalangan internet marketer.

<3> Media massa (online)

Dulu media massa, seperti surat kabar menggunakan bahasa formal dan resmi sesuai dengan kaidah jurnalistik. Topik-topik yang diangkatnya pun lebih serius dan umumnya berupa berita tentang peristiwa yang terjadi.

Namun, menyadari bahwa blog dengan bloggernya memiliki kekuatan tersendiri dalam menarik perhatian, mereka memutuskan merubah tradisi dan kebiasaannya dengan mengadopsi cara blogger.

Berbagai topik remeh pun sekarang mereka ambil dan disuguhkan kepada khalayak pembaca dengan bahasa yang jauh dari berat. Coba saja lihat Detik, Tribun News, Kompas, dan banyak media massa Indonesia versi online lainnya.

Tidak segan mereka menampilkan tulisan tentang tukang tambal ban cantik, atau tentang cord gitar untuk lagu tertentu (Tribunnews), cara membaca ayat dan surat Al-Quran. Padahal, topik-topik seperti ini merupakan topik yang biasa diangkat blogger

<4> Institusi Bisnis (Perusahaan)

Pernahkah Anda menyadari kalau kata kunci “Blogger terbaik Indonesia” dimasukkan ke dalam kotak pencarian Google maka yang muncul adalah bukanlah tulisan para blogger?

Yang muncul adalah tulisan dari provider (penyedia) jasa hosting, seperti Idwebhost, Niagahoster, dan lain sebagainya. Padahal, mereka tidak menyediakan jasa penulisan artikel atau memasang iklan Adsense. Jelas mereka bukanlah blogger.

Bisa dipastikan tujuan utamanya adalah menjaring calon pembeli. Jelas bisnis alasannya dan bukan berbagi.

Siapa yang paling ingin tahu tentang blogger terbaik? Para blogger adalah jawabannya. Kemudian siapa yang membutuhkan jasa hosting? Para blogger juga.

Perusahaan-perusahaan ini bersaing di berbagai bidang yang merupakan dunia blog, dengan tujuan agar nama mereka dikenal para blogger, calon potensial pemakai jasanya. Meskipun dengan harus berkompetisi dengan para blogger, bagi mereka yang terpenting adalah kemenangan karena artinya perusahannya mendapatkan perhatian.

Tentu saja dengan sumber daya dan modal yang lebih kuat, seperti juga media massa online, mereka tidak begitu kesulitan dalam kompetisi dengan peserta lama, para blogger. Hasilnya bisa terlihat di halaman SERP (Search Engine Result Page – Halaman Hasil Pencarian) Google tadi.


Tidak sedikit blogger yang punya nama tumbang dan kemudian berhenti ngeblog. Salah satu alasannya mungkin karena tingkat persaingan yang semakin keras. Apalagi dengan masuknya kalangan pemegang modal yang membuat persaingan menjadi sangat tidak seimbang.

Yang terjadi saat ini sangat sesuai dengan konsep “survival of the fittest”. Yang kuat akan menang dan bertahan, yang kalah akan merana dan tersingkir.

Suka atau tidak suka, dengan perkembangan teknologi dan kehidupan manusia, blogger menjadi kalangan yang paling lemah dalam kompetisi ini. Tanpa adanya perubahan mindset dan kreativitas yang menyesuaikan diri dengan sikon yang ada, tidak akan heran kalau suatu waktu blogger akan menghilang.

Namun, mungkin tidak dalam waktu dekat, karena setidaknya saya masih akan terus menjadi blogger, meski terkadang nyambi jadi Instagramer, Internet Marketer juga. Setidaknya kaum blogger belum akan punah dalam waktu dekat.

Bagaimana dengan Anda? Apakah masih berminat menjadi blogger setelah mengetahui kompetisi di dunia blog begitu ketat dengan pesaing yang jauh lebih kuat?

2 thoughts on “Kompetisi di Dunia Blog Bukan Lagi Antar Blogger”

  1. Masih minat ngeblog. Walaupun ya, begitulah. Kalo ngeliat saingan yang begitu banyak kadang mikir, ngapain juga saya nulis artikel ini. Kalo memang tujuannya mau saingan. Tapi kalo bawaannya memang lagi ingin nulis itu, peduli amat sama yang lainnya.

    Reply

Leave a Comment