Menunggu Mood Menulis Datang Menurunkan Produktivitas Blogger

Menunggu mood menulis datang” merupakan jawaban singkat yang diucapkan blogger jika seseorang bertanya alasan mengapa ia jarang update blog.

Jawaban yang sebenarnya bisa diinterpretasikan beragam, mulai dari malas, sudah berhenti ngeblog, sedang ada kegiatan lain, atau sedang kehabisan ide dan sekaligus menandakan ketidakpastian.

Di dalam jawaban tersebut ada ketidakjelasan. Kapan sang blogger akan mulai kembali menulis tidak dijelaskan karena mood tidak memiliki jadwal kedatangan rutin.

Hampir bisa dipastikan, dengan jika seorang blogger menjawab seperti ini maka ia adalah orang yang tidak mempedulikan produktivitas dalam urusan blogging. Sangat mungkin ia memang tidak bertujuan untuk mengejar uang.

Mengapa saya bisa menyimpulkan begitu? Alasannya karena seorang blogger yang memiliki target dan tujuan, apalagi terkait uang, akan sangat memperhatikan tingkat produktivitas dalam menulis atau menerbitkan artikel.

Untuk itulah ia biasanya akan memiliki jadwal tetap dan deadline agar produktivitas penerbitan artikel tetap terjaga . Blogger jenis ini mentalitasnya bukan menunggu dan lebih proaktif.

Jadi, hampir bisa dipastikan bila ada blogger mengatakan sedang menunggu mood menulis datang, ia sangat mungkin melakukannya sekedar untuk bersenang-senang saja.

Apa sih mood itu?

Sulit untuk didefinisikan karena terkait dengan sesuatu yang abstrak. Namun, bisa dikata mood adalah sebuah perasaan yang membuat nyaman seseorang.

Rasa nyaman inilah yang kemudian mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu.

Misalkan mood menulis, berarti adalah kondisi dimana hati atau perasaan seseorang mendorongnya untuk melakukan kegiatan menulis.

Mood sendiri tergantung pada banyak hal, mulai dari kesehatan, situasi dan kondisi lingkungan, kondisi keuangan, sampai dengan hormon. Kombinasi yang akan selalu berubah dan tidak tentu.

Mengapa menunggu mood menulis menurunkan produktivitas?

Jelas.

Mood itu merupakan sebuah hal yang tidak pasti. Seorang manusia tidak bisa mengontrol secara pasti perasaan dan hatinya. Ia tidak bisa memberi jadwal kapan mood senang datang, atau kapan mood sedih pergi.

Nah, kita bayangkan saja kalau mood menulisnya baru datang satu bulan kemudian. Berarti selama satu bulan, sang blogger tidak menulis apa-apa, selain menunggu rasa nyaman di hati datang dan baru mulai merangkai kata.

Jika dalam satu bulan hanya satu kali mood menulis datang, berarti setahun hanya 12 kali ia menulis. Bisa disebut produktif?

Itu kalau rutin si mood muncul, kalau ternyata tidak muncul sampai setahun?

Seorang blogger yang ingin produktif menulis tidak seharusnya bergantung pada mood saja. Jika itu terjadi, bisa dipastikan maka ia hanya akan menghasilkan sedikit artikel saja.

Semua itu karena sifatnya menunggu dan membiarkan dirinya dikontrol oleh sesuatu yang tidak jelas dan tidak pasti. Sesuatu yang tidak pasti akan membuat kita tidak mengambil tindakan apa-apa.

Bagi produktivitas, tidak melakukan tindakan apapun akan berdampak buruk karena semua itu berarti terbuangnya waktu tanpa menghasilkan apa-apa hanya karena menunggu sesuatu yang tidak jelas.

Jika tidak ada hasil, maka artinya produktivitas mengalami gangguan dan lama kelamaan akan menghambat pencapaian target.

Mood bisa dilatih

Bila memang tetap bersikukuh bahwa menelurkan artikel atau update blog butuh mood menulis, sebenarnya ada cara untuk melatih si mood agar datang lebih rutin.

Tentu saja, sebagai manusia kita tidak bisa sepenuhnya mengatur jadwal si mood tadi. Namun, dengan “latihan”, sudah terbukti bahwa mood bisa dihadirkan lebih sering dan rutin.

Bila ini dilakukan, maka produktivitas akan tetap terjaga dan tanpa kita merasa terbeban.

Nah, caranya yaitu dengan menjadikan menulis sebagai sebuah kebiasaan. Betul, jika menulis sudah menjadi rutinitas kehidupan sehari-hari, maka si mood mudah sekali muncul. Bahkan, kalau sudah terbiasa, rasa gatal di hati akan muncul kalau kita terlewat melakukan sebuah kebiasaan dalam sehari.

Mood bahkan bisa menjadi pendorong untuk lebih produktif, jika ia dilatih (kita melatih diri sendiri).

Namun, awalnya akan sangat berat. Seorang blogger yang mau mood menulisnya rutin datang harus memaksakan diri untuk terus menulis, meski sedang tidak mood.

Prosesnya sama seperti atlet berlatih. Mereka memiliki jadwal rutin dan tetap. Ada mood atau tidak, mereka akan terus melakukan sesuai jadwal.

Tidak bedanya juga dengan karyawan atau pegawai yang rutin bekerja. Kemudian, ia akan terbiasa dan terdorong untuk terus melakukan kegiatan itu.

Jadi, tidak masalah kalau memang terbiasa menunggu mood menulis datang, tetapi Anda harus memastikan si mood datang lebih sering dengan melatih diri. Sayangnya, tidak ada cara lain yang lebih baik daripada melatih diri sendiri dan itu butuh perjuangan juga.


Pada akhirnya, pilihan mana jalan yang dipilih adalah hak masing-masing individu. Mau menunggu mood menulis datang boleh, tidak juga silakan.

Namun, jika Anda memang memiliki tujuan dan target, terutama uang, tidak seharusnya Anda menunggu mood datang dan baru menulis. Produktivitas menerbitkan artikel merupakan bagian kunci dari pencapaian targetnya.

Tanpa blog diupdate dengan tulisan baru secara rutin, pembaca akan pergi dan meninggalkan Anda. Tanyakan kepada diri sendiri, apakah Anda mau datang ke sebuah toko yang tidak jelas kapan akan bukanya?

Jawaban sederhana dan umum dipakai, tetapi sebenarnya mencerminkan banyak hal tentang seorang blogger memandang kegiatan ngeblognya.

Bagi saya, yang kadang agak julid, jawaban seperti itu menandakan seorang blogger tidak punya tekad, tidak punya target, tidak mau berjuang, dan yang jelas terlihat adanya kemalasan dalam dirinya.

Leave a Comment