12 Tips Memilih Theme Untuk Blog WordPress Self Hosted

Tampilan atau theme/tema itu penting bagi sebuah blog. Bagaimanapun, hal paling pertama yang dilihat pembaca adalah tampilan juga. Menarik atau tidaknya sebuah blog kadang ditentukan oleh kesan pertama yang dilihat mata pengunjung.

Untuk memilih theme untuk blog berbasis WordPress Self Hosted sendiri sebenarnya mudah-mudah susah. Bahasanya memang membingungkan karena kalau mudah kenapa menjadi susah.

Tapi, begitulah kenyataannya.

Kata mudah merujuk pada ketersediaan theme CMS (Content Management System) itu sendiri yang banyak sekali. Kepopulerannya banyaknya pengguna membuat suplai theme untuk WordPress Self Hosted tidak terhitung banyaknya.

Kondisi tersebutlah yang menghadirkan kesulitan tersendiri bagi seorang blogger di saat harus menentukan pilihan.

Mau yang mana?

Terlalu banyak pilihan yang disodorkan menghadirkan kesulitan tersendiri yang lumayan memusingkan. Tidak bedanya ketika berada di sebuah department store, semua terlihat bagus dan menarik.

Lalu bagaimana harus menjatuhkan pilihan ? Apalagi jika Anda berniat membelinya.

Bila Anda memiliki pertanyaan seperti itu sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti

>1 Pergunakan versi gratisnya dulu

Mayoritas penjual theme WordPress akan menyediakan versi gratis dengan fitur yang terbatas, tetapi fungsional dan bisa dioperasikan. Tujuan utamanya adalah agar pengguna kemudian tertarik membeli versi premiumnya.

Nah, pergunakan kesempatan ini.

Pasang dulu versi gratis dari theme yang Anda minati.

Dengan begitu Anda bisa langsung merasakan, menemukan kelemahan, apakah mudah dioperasikan atau tidak, fitur-fitur apa yang ada.

Coba juga template itu untuk mendapatkan desain tampilan yang diinginkan. Mampukah atau tidak?

Jadi, jika memang tujuannya untuk dibeli, menggunakan versi gratisan adalah langkah pertama yang harus dilakukan.

>2 Kecepatan Loading

Sudah tidak jaman website lemot. Pembaca bisa kabur dan Google bisa tidak suka. Batasan yang disukai Google adalah website yang mampu loading dalam 2,5 detik meski mereka memberi toleransi hingga 4 detik. Lebih dari itu akan dipandang sebagai Poor atau buruk di Google Search Console.

Jadi, pakai versi gratis untuk melakukan testing kecepatan setelah layoutnya dibuat sesuai ide kita. Pergunakan GTMetrix atau Pagespeed Insight untuk melihat performa dalam hal ini.

>3 Lihat change log/Log perubahan

Bila semua memuaskan lihat change log/log perubahan yang ada di website pembuatnya.

Disana akan tercatat tanggal rilis dan berbagai perubahan yang pernah dilakukan sejak awal hingga terkini. Perubahan ini biasanya selain menambah fitur juga untuk menyesuaikan dengan perubahan pada CMS WordPress-nya.

Jika ternyata sudah lama tidak melakukan perubahan/update, tinggalkan karena biasanya banyak fiturnya yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan WP.

>4 One Click Demo Import

Terkadang saat hendak membeli sebuah theme, kita menginginkan tampilan seperti demo yang ditawarkan oleh penjual.

Untuk membuat layout sendiri apalagi tanpa pengetahuan yang cukup bisa memakan waktu yang lama. Kesalahan akan banyak terjadi.

Tapi, bila penjual menyediakan fitur impor untuk tampilan tersebut, hal itu dipermudah.

Nah, cek kesediaan one click demo import alias impor tampilan demo dalam satu klik.

>5 Support (forum)

Sebuah theme untuk dianggap baik harus ditunjang dengan support yang baik juga. Banyak hal yang terkadang perlu ditunjang dengan informasi atau penjelasan tambahan.

Oleh karena itu, sebuah sistem support dalam bentuk apapun harus dipertimbangkan sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah theme.

Theme GeneratePress yang dipakai BB Blog sendiri termasuk yang luar biasa sekali supportnya. Mereka memiliki forum dimana setiap orang pemakai, bahkan termasuk yang gratisan, bisa bertanya tentang segala sesuatu terkait template ini.

Bahkan, mereka tidak segan memberikan coding yang diperlukan untuk merubah tampilan.

>6 Pengembangan

Sekarang memang kita hanya mengelola sebuah blog, tetapi ketika sudah menjadi besar nanti, bukan tidak mungkin kita berniat menjual produk sendiri dan membuat toko online. Bisa juga kita menginginkan adanya forum.

Oleh karena itu, saat memilih theme untuk WordPress, ada baiknya juga mempertimbangkan kompatibilitas dengan berbagai plugin, seperti Woocommerce untuk toko online atau BB Press untuk forum.

Kalau tidak kompatibel, di masa depan bisa menjadi kesulitan tersendiri ketika hendak dikembangkan.

>7 Tampilan

Tampilan pun perlu dipertimbangkan. Apakah kekinian atau tidak. Banyak sekali theme yang mengusung tema jadul dan tidak bisa dikembangkan lebih jauh.

Perhatikan juga apa tampilannya responsive atau tidak. Banyak theme yang bagus di desktop tetapi jelek saat di perangkat mobile.

>8 Fitur

Fitur yang harus diperhatikan lebih banyak berkaitan dengan kemudahan membuat desain dan layout, seperti pengaturan font, warna, atau desain. Selebihnya bisa dicover dengan menggunakan plugin

>9 Banyaknya http request

Banyak theme yang kelihatan cantik tetapi kurang baik codingnya. Hal itu selain bisa terlihat dalam hal kecepatan loading, juga dari banyaknya http request yang dilakukan.

Semakin sedikit request yang dilakukan, semakin baik karena berarti kecepatan loadingnya lebih cepat.

>10 Tema Blog

Jangan lupakan juga kesesuaian antara tema blog dengan themenya. Sebuah blog bertema personal terkadang kurang cocok menggunakan theme magazine atau majalah.

>11 Lisensi

Banyak theme yang terlihat murah tetapi sebenarnya mahal. Contohnya seperti yang di Themeforest, lisensinya hanya untuk satu website saja. Jadi kalau punya lebih dari satu harganya menjadi berlipat.

Cari theme yang memiliki lisensi untuk “tidak terhitung” website, seperti Generatepress dan Genesis. Hal itu memberikan keleluasaan.

>12 Harga

Bagian terakhir ini hanya untuk yang berniat membeli saja. Perhatikan harga dan sesuaikan dengan isi kantong.

Tidak berarti harus membeli yang termurah karena sering yang termurah itu memiliki kualitas yang kurang baik atau sudah obsolete.ketinggalan.

—–

Itulah kira-kira tips memilih dan membeli theme WordPress Self Hosted. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman sendiri mengelola 12 website berbasis WordPress Self Hosted, termasuk blog ini.

Leave a Comment