Opsi Branding Untuk Blog Multi Topik alias si Gado-Gado : Bisa Banyak!

“Brandingnya susah”. Dua kata itu merupakan salah satu alasan yang paling sering dikemukakan sebagai kelemahan dari blog multi topik alias blog gado-gado. Berdasarkan pandangan itu juga, banyak blogger kawakan, atau yang merasa dirinya begitu, menyarankan kepada blogger baru untuk memilih blog niche atau blog bertopik tunggal.

Benarkah demikian? Apakah melakukan branding untuk blog multi topik sulit?

Jawaban saya, YA. Memang “susah” bagi orang yang tidak mau berpikir kreatif, maka semua akan menjadi sulit dan bahkan menjadi mission impossible.

Bagi saya sendiri, melakukan pencitraan baik blog niche atau gado-gado, sama saja susahnya. Butuh waktu dan proses yang lumayan panjang untuk bisa membuat orang teringat pada blog yang saya kelola.

Kelebihan blog niche dalam hal ini adalah saya tidak perlu berpikir banyak dan bisa langsung mencomot kata-kata kunci dari niche terkait. Agak berbeda dengan blog gado-gado, saya harus berpikir lebih dalam dan mencari ciri khas yang bisa mewakili image yang hendak ditampilkan.

Susahnya sama saja. Memang kalau dibuat dalam tulisan seperti ini kesannya mudah, tetapi sebenarnya butuh waktu juga untuk berpikir.

Nah, dalam hal melakukan branding untuk blog dengan banyak topik, menurut saya, berdasarkan pengalaman sebagai marketing di dunia nyata, ada lumayan banya opsi yang bisa dipakai, seperti

<1> Personal Branding

Cara yang umum dipakai oleh mayoritas blogger adalah mengedepankan persona alias bloggernya.

Untuk memulainya, lebih efektif kalau domainnya mengandung nama si blogger. Setelah itu isi blog bisa bebas sesuai kehendak hati.

<2> Nama Blog

Coba saja pilih satu kata secara acak dan kemudian ulangi terus menerus di depan orang, kemungkinan orang tersebut akan mengingat Anda kalau kata itu disebut.

Mashable, sebuah blog yang dibangun dari kamar tidur mahasiswa bernama Pete Cashmore, berubah menjadi media. Isi blognya beragam, mulai dari hiburan, politik, game, dan masih banyak lagi lainnya.

Mashable kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “bisa ditumbuk”. Padahal, kontennya teramat sangat jarang yang membahas soal makanan. Gizmodo merupakan satu contoh lain karena isi blognya tidak berkaitan dengan perkomodoan.

Di dunia nyata, Gudang Garam adalah contoh branding dengan cara ini karena merk ini tidak menjual garam sama sekali.

<3> Gaya dan karakter

Gaya dan karakter setiap orang berbeda. Itu pasti. Hal itu bisa menjadi pembeda jika citra tersebut ditanamkan kepada pembaca.

Contoh, Mak Irits, salah satu blog yang membahas tentang melakukan sesuatu dengan cara hemat, menerapkan branding dengan cara ini.

<4> Batasan/Nama Tempat

Saya punya blog gado-gado. Ada beberapa, salah satunya menggunakan teori branding berupa batasan nama tempat. Nama blognya Lovely Bogor, yang sekarang menjadi induk dari LB Digital (Lovely Bogor Digital) dan LB Network.

Isinya beragam mulai dari sosial budaya, kuliner, wisata, transportasi, dan banyak lagi. Namun, ada batasannya, yaitu nama kota tempat saya tinggal, Bogor. Topiknya beragam, tetapi terbatas hanya apa yang ada di kota itu saja.

<5> Penekanan

Dalam blog gado-gado, seringkali isinya tidak seimbang jumlahnya dimana yang menjadi passion utamanya mendapat porsi lebih banyak.

Nah, porsi yang lebih banyak itu bisa dijadikan bahan untuk dipergunakan sebagai materi branding tidak bedanya dengan blog niche.

Setidaknya, saya sudah bisa menemukan 5 opsi branding untuk blog multi topik alias gado-gado. Pemikiran saya mengatakan bahwa seharusnya ada lebih banyak dari yang disebutkan di atas.

Branding adalah bagian dari marketing dan seorang marketer/pemasar harus punya akal yang banyak untuk meyakinkan calon pembeli. Batasannya adalah kemampuan pengetahuan dan kreativitasnya saja.

Masih akan ada banyak kemungkinan lain untuk melekatkan citra sebuah blog, bertopik banyak. Bukan hanya satu ada lima, dengan catatan, bloggernya bukan hanya mau mendengar orang lain saja. Sang blogger harus mau berpikir lebih kreatif dalam menemukan ide.

Lagi pula, ada satu cara tambahan lain yang tidak akan menyebabkan kerepotan. Sesuatu yang paling saya suka.

Jalani saja. Terbitkan artikel sebaik mungkin dan sesering mungkin. Tidak perlu berpikir tentang branding. Mengapa? Biarkan saja pembaca yang menilai dan memberikan citra/brand tersendiri bagi Anda.

Hal itu juga sangat dimungkinkan karena gaya setiap orang berbeda dan perlahan tapi pasti, akan ada sebuah citra yang tertanam dan tersampaikan. Biarkan pembaca yang menentukan.

Tidak repot kan?

Leave a Comment